Ciuman Pertama Aruna

IV-162.  Mempertimbangkan Pendapat



IV-162.  Mempertimbangkan Pendapat

0'Rio ingin membunuh bayiku? Atau mencari keberadaan Rey?'      

Pernyataan yang terukir di dalam kepala Hendra telah berhasil menghantuinya. Terdiam lama mengabaikan kebingungan anak-anak buahnya, Mahendra baru tergugah selepas Juan datang dan pemuda itu berdiri di hadapannya.       

Pelupuk matanya yang menerawang kosong ke bawah naik mengamati pemuda yang juga putra Rio. 'apakah layak memerintahkan ini padanya,' lelaki dengan sorot mata biru nan tajam- mengamati lelaki yang memiliki ikatan darah dengannya.       

"Yang lain boleh pergi," ekspresinya datar dengan suara tak bervolume. Namun, kalimat tersebut terujar dari mulut Mahendra maka dari itu tak akan ada yang berani mengabaikannya.      

"kecuali Herry," dan tentu saja Juan yang baru datang. semua memahami ini.       

Berangsur-angsur ruangan menjadi kosong, menyisakan empat manusia di mana salah satunya terbaring tak berdaya di atas ranjang.       

Belum ada yang berani bicara sampai lelaki dengan manik mata biru mengembuskan nafas lelahnya, sejalan kemudian ia meraih handphone nya.       

"selama ini aku dan seluruh keluargaku sekedar bertahan, kamu tahu itu Juan," dia bicara sembari menggerakkan tampilan layar smart phonenya.       

"masalahnya aku tak bisa menahan diri lagi, aku tak sanggup mengorbankan keluarga ku sendiri hanya keren permusuhan yang di turunkan pada ku, pada kita semua. Dan, karena kamu telah memilihku. aku mohon maaf, aku terang-terangan akan memanfaatkan pemahamanmu terkait Tarantula, ini sangat egois tapi logis bagiku," Hendra meletakkan smart phone nya di hadapan Juan.       

Pemuda tersebut mengamati layar handphone kakak sepupunya. Di dalam layar tersaji foto Tujuh orang lelaki berdiri berjajar dan seorang perempuan duduk di tengah-tengah mereka. Perempuan tersebut adalah neneknya sendiri, Clara yang namanya telah di rubah menjadi Juliana.       

"siapa dari tujuh dewan ini yang bisa kita goyah?" tanya Mahendra, matanya tiada henti mengamati Juan.       

"Sebelum menjawab," Juan menghirup nafas dalam-dalam, "Anda tidak perlu meragukan kesetiaan saya, dengan menjamin keamanan ibu saya, itu artinya saya tak akan punya pilihan lain selain mengabdi pada anda dan kakek anda," Gaya bicara Juan berubah total.       

Dia yang dulunya selengekan, kini terlihat serupa dengan Herry, ikut serta mematuhi aturan tak tertulis keluarga Djoyodiningrat.       

Hendra tahu Herry tak begitu suka atau bahkan sebagian besar orang-orangnya meragukan sepupunya.       

"kamu dengar sendiri Herry," lirih Hendra membuat Herry tersentak, ia sesekali mencuri lihat Juan dengan tatapan kurang menyenangkan.      

Mengiyakan Mahendra, Herry mengurangi gestur kurang bersahabatnya, "Tolong bantu yang lain memahami kondisi ini," tegur Hendra dan Herry mengangguk mengiyakan keinginan tuannya sekali lagi. Bagaimana pun juga kekompakan penting dalam sudut pandang Mahendra, di mana Herry memiliki peran strategis, memimpin teman-temannya, kelompok yang bekerja langsung di bawah Tuan muda Djoyodiningrat.  Herry orang yang tepat untuk membangun kepercayaan terhadap Juan.      

"Menurut saya Barga dan Atmodjo cenderung tak sependapat," Juan membalas pertanyaan awal Mahendra.       

"Bagaimana dengan yang lain?"      

Juan tertangkap mengerutkan dahinya mengembara memikirkan beberapa prediksi, "Keluarga salim yang paling dipercaya Ayahku,"       

"oh' begitu rupanya," rasa penasaran Hendra menuntutnya kembali bertanya, "bagaimana dengan yang lain?"       

'Salim tak punya apa pun, Department Store nya sudah di bawah tanganku,' benak Mahendra menata rumusan siasatnya.       

"Paman Adam pemilik saham kedua, tapi dia tak pernah sekali pun peduli dengan sepak terjang Tarantula, dia tidak berkenan ikut adil,"       

"Adam Nalendra?" Hendra memastikan. Juan mengangguk ringan.                

"Sebesar apa saham ayahmu dibandingkan paman Adam,"       

"Masih Jauh, Diningrat menguasai 50 persen tepatnya, sedangkan yang lain bahkan tak lebih dari 10 persen,"       

Melihat Mahendra yang mencoba menaksir sesuatu, Juan kembali memberi masukannya, "anda perlu mempengaruhi dua di antara tujuh atau bahkan tiga, di mana salah satunya adalah paman Adam,"       

"kamu benar,"       

pada sisi lain di atas ranjang sebuah gerakan teramati, Hendra menyadari tak bisa lebih lama berdiskusi dengan ketiganya, "Kuatkan keamanan di sini Herry, aku tak tahu kapan istriku bisa pulang,"       

"iya tuan," balas Herry.       

"Ada satu masalah yang belum aku selesaikan, dan kita mau tak mau harus menghadapi ini, menghadapi para pemburu Rey, apa kalian memiliki ide?" Mahendra menawarkan kesempatan berpendapat.      

"apakah maksud anda mengacau mereka yang mencurigai hilangnya Rey ada kaitannya dengan keluarga Djoyodiningrat?" Juan menegaskan maksud Hendra.      

"kamu benar, itu Maksudku, harusnya lusa istriku bisa tampil di acara bincang-bincang, menunjukkan kondisinya baik-baik saja, mengingat kita belum bisa menyentuh sopir taksi yang sore itu ada bersama istriku, menurut Vian kasusnya sudah di anggap bualan, telah usai di kepolisian. Sayangnya tidak dengan orang-orang dari Tarantula, mereka masih mengawasinya," panjang lebar Mahendra melengkapi pemahaman lawan bicaranya.      

"aku rasa cara lain yang bisa kita upayakan untuk mengacau keadaan, em.. mengapa kita perlu memanfaatkan benda-benda milik Rey? yang di temukan di TKP? Anda ingin keluarga para dewan saling menghantam, -bukan?" ini suara Juan.      

Konsentrasi Hendra di rengut oleh pemuda yang sedarah dengannya, dia tahu adik Gibran cukup cerdas dan lihai dengan kemampuannya yang mumpuni di beberapa bidang, dia bisa bergulat, bahkan memainkan senjata. Dan tentu saja termasuk pemahaman terkai bisnis sesuai gelar yang dia miliki. Meskipun namanya tak pernah terukir pada pewaris keluarga Diningrat, Gesang dengan nama lain Juan tak jauh dari prediksi Mahendra, telah tumbuh sebagai lelaki secerdas kakaknya.      

"Aku yakin rencana ini bakal berhasil," Hendra tidak menghentikan pemikiran yang menjelajahi isi kepala Juan, seseorang yang paling tahu kelemahan sebuah komunitas, kelompok atau organisasi adalah dia yang bersinggungan secara langsung dengan kelompok tersebut. Demikian fungsi dari mata-mata, Hendra tak perlu menarik tim Thomas yang dulunya banyak bekerja diam-diam di bawah naungan perusahaan Tarantula hanya untuk mengetahui berbagai kelemahan bisnis dan kehidupan berkoloni Tarantula.      

"Bagaimana pendapatmu Herry?" Hendra ingin tahu seberapa jauh Herry berkenan berkolaborasi dengan pemikiran Juan.      

"Bagi saya asal Tuan setuju, saya akan ikut serta," ucap Herry.      

"aku ingin tahu apa pendapatmu Herry," Desak Mahendra.      

"Em.." Ajudan setia tuan muda Djoyodiningrat menyajikan ekspresi ragunya, "Saya tak tahu apakah pendapat saya layak di sampaikan, Saya hidup dan tumbuh di lingkungan Djoyodiningrat, dan sejauh yang sayang ingat bertindak seperti ini seolah keluar dari batasan, cara baru yang sedikit melenceng, andai kakek Anda berkenan membuat mereka saling menghancurkan. saya yakin kakek Anda mampu menjalakannya sejak dulu," Herry pemuda yang lurus, Hendra tahu itu. Kalimatnya membuat Hendra merasa sedikit tertampar.      

Sebab tak memiliki kata-kata yang tepat untuk mengimbangi lurusnya pemikiran Herry tuan muda ini bangkit dari duduknya, "istriku bangun, kalian boleh pergi,"      

Sebelum keduanya benar-benar hilang dari pandangan mata, tuan muda itu membalik tubuhnya dan berkata : "Aku akan mempertimbangkan pendapat kalian,"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.